Sinusitis adalah istilah kedokteran untuk radang mukosa sinus paranasal. Sinus adalah saluran di dalam tulang di sekitar hidung yang merupakan bagian dari sistem pernapasan atas. Organ ini membuat lendir bisa dialirkan ke hidung. Dalam kondisi normal, sinus memproduksi lebih dari 1,5 liter lendir per hari. Jika hidung membengkak bisa menghambat sinus dan menyebabkan nyeri serta infeksi.
Sesuai anatomi, sinus yang terkena dapat dibagi menjadi empat, sinus maksila (terletak di setiap pipi atau di samping kanan dan kiri hidung), sinus frontalis (pada dahi), sinus etmoid (terletak di antara kedua mata), dan sinus sfenoid yang terletak agak di belakang etmoid (di tengah-tengah tengkorak).
Sering Menyelam
Terjadinya sinusitis bisa karena perluasan infeksi dari hidung (rinogen), gigi, dan gusi(dentogen), faring, tonsil, serta penyebaran hematogen meski jarang. Demikian menurut Dr. Cita H. Murjantyo, Sp.THT, dokter spesialis telinga hidung dan tenggorokan dari RS International Bintaro. Infeksi itu bisa karena virus, bakteri, maupun jamur. Salah satu yang tersering karena kuman Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenza.
Orang yang memiliki alergi juga mudah terkena radang sinus. Sebaliknya, alergi sendiri dapat memperberat penyakit sinusitisnya. Alergi, infeksi, atau pemicu dari lingkungan bisa menambah produksi lendir atau mengubah karakter lendir di dalam hidung, dan memunculkan gejala.
Adanya radang di sekitar sinus, seperti radang tenggorokan, radang amandel, radang gigi geraham atas juga bisa memicu timbulnya sinusitis. Ada pula istilah barotrauma sinusitis. Radang sinus ini diakibatkan oleh perubahan tekanan atmosfer secara drastis, misalnya terjadi karena orang sering menyelam, berenang, atau kerap bepergian naik pesawat terbang.
Sinusitis bisa bersifat akut (berlangsung sekitar empat minggu) atau kronis yang lebih lama. Sinusitis akut sering dimulai dengan flu dan terjadi infeksi bakteri. Selain pilek dan batuk, gejala sinusitis di antaranya demam, lesu, lemah, letih.
Sakit kepala sering dikeluhkan pasien sinusitis. Sakit kepala ini umumnya terjadi di dahi, ujung mata dan sekitar pipi. Nyeri juga bisa terasa di belakang mata, di leher bagian belakang (tengkuk), bahkan menjalar ke gigi. Kalau kepala digerakkan sedikit saja rasanya nyeri itu bertambah berat. Sakit kepala ini biasanya disertai hidung tersumbat, pilek, sesak napas. Iritasi karena parfum, asap rokok, dan alergen lain bisa memperburuk kondisi ini.
Diagnosis Tidak Mudah
Sinusitis bakteri tak seperti flu biasa karena perlu didiagnosis dokter dan perlu pengobatan dengan antibiotik untuk mengatasi infeksi sekaligus mencegah komplikasi. Obat pereda nyeri dan pelega hidung tersumbat (dekongestan) diperlukan.
Menggunakan kompres hangat pada bagian yang meradang juga bisa membantu. Tujuan utama pengobatan sinusitis adalah mengurangi peradangan di hidung dan daerah sinus tidak lagi tersumbat, sehingga meningkatkan daya aliran.
Diagnosis gangguan sinus akut kadang tidak mudah karena infeksi yang terjadi tidak terlalu jelas diakibatkan bakteri atau virus seperti yang terjadi pada flu biasa. Selain pemeriksaan fisik, dokter mungkin perlu melakukan penyinaran pada sinus dengan sinar X atau mengambil contoh cairan hidung untuk melihat ada tidaknya bakteri.
Jika sinusitis itu sering atau infeksi terjadi setidaknya tiga bulan bisa dibilang sinusitis kronis. Sinusitis kronis yang tidak ditangani secara baik bisa menyebabkan kerusakan sinus dan tulang hidung, dan bisa jadi memerlukan tindakan operasi untuk memperbaikinya.
Ditambahkan Dr. Cita, sinusitis bisa berkomplikasi ke berbagai organ. Bisa menyebabkan mata bengkak, kelainan paru misalnya bronkitis kronis, bahkan bisa ke otak mengakibatkan abses otak dan meningitis.
Tindakan operasi kadang diperlukan untuk mengatasi sinusitis. Bedah minimal seperti FESS (functional endoscopic sinus surgery) misalnya. Biasanya tindakan ini ditujukan untuk masalah sinusitis kronis yang tidak mempan dengan obat.
Meski tindakan ini merupakan bedah minimal tetap memiliki risiko komplikasi, di antaranya perdarahan, gangguan indra penglihatan, perasa, dan pencium, nyeri di wajah, bengkak di sekitar mata. Namun, sebuah penelitian menunjukkan keberhasilan FESS sekitar 70-90 persen dalam meredakan gejala serta memperbaiki kondisi pasien.
Sumber: Senior
0 komentar:
BERIKAN KOMENTAR ANDA