Silahkan Masuk

Kambing Boerka (Raja Kambing Potong Indonesia)

Kambing dan Domba, mempunyai peran yang sangat strategis bagi kehidupan masyarakat dan berkembang hampir di seluruh wilayah Indonesia. Kontribusinya dalam memenuhi kebutuhan daging nasional relatif masih kecil, sekitar 3-4%. Saat ini permintaan di dalam negeri masih dapat diculkupi oleh produk lokal. Namun terdapat kecenderungan yang nyata bahwa dengan peningkatan masyarakat dan tingginya tingkat urbanisasi, permintaan daging tersebut cenderung terus meningkat. Kondisi ini harus diantisipasi dengan mendorong investasi agar usaha peternakan Kambing dan Domba lebih produktif, efektif dan efisien sehingga mampu memenuhi pasar domestik, kebutuhan ternak qurban dan akikah serta keperluan pasar ekspor yang sangat menjanjikan.

Kambing Boerka hadir dalam rangka peluang pengembangan agribisnis berdayasaing bagi kesejahteraan masyarakat pedesaan serta usaha komersial.

Kambing Boerka merupakan hasil persilangan antara Kambing Boer (tipe pedaging) yang berasal dari Australia dengan kambing Kacang (tipe prolifik) yang merupakan kambing lokal Indonesia.

Kambing persilangan Boerka memiliki potensi sebagai kambing tipe pedaging di Indonesia, yang memiliki peformans yang baik dengan laju pertumbuhan dan kapasitas bobot tubuh yang tinggi serta mampu beradaptasi.

Proses diseminasi Kambing Boerka dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan (berbasis institusi pemerintah atau berbasis komunitas peternak/asosiasi.

Pengembangan berbasis institusi pemerintah perlu mengadopsi semangat otonomi daerah guna percepatan diseminasi.

Pada bulan Februari 2008 telah dilakukan tanda tangan kontrak kerjasama penelitian pengembangan produksi antara Lolit Kambing Potong dengan CV. Peternakan Harapan, yang memiliki areal pengembangan Kambing Boerka dengan luasan 70 hektar, yang berlokasi di Desa Simpang Aneuh Bayeun, Kecamatan Ranto Seluat, Kabupaten Aceh Timur, Provinsi Nangroe Aceh Darussalam.

Teknologi yang diintroduksi antara lain: 1) Pejantan Boer; 2) Pola perkawinan untuk menghasilkan Boerka; 3) Jenis pakan lokal yang sesuai kondisi setempat; 4) Pengelolaan kesehatan terutama pengendalian cacing parasit baik internal maupun eksternal; 5) Struktur kandang dan 6) Pengembangan pakan suplemen/konsentrat berbasis bahan baku lokal।

Sumber : http://peternakan.litbang.deptan.go.id



Lihat Tulisan Lainnya...!!



0 komentar:

BERIKAN KOMENTAR ANDA