Menghadapi kenyataan ini, lembaga riset padi internasional IRRI tidak tinggal diam. Bahkan hampir sejak awal, yakni 20 tahun yang lalu para penelitinya sudah mulai melakukan studi kemungkinan sistem pembiakan alternatif padi hibrida. Yakni agar di ladang petani, hasil padi hibrida yang ditanam juga bisa dijadikan bibit untuk penanaman selanjutnya. Tepatnya, agar sistem pembiakan padi hibrida yang melekatkan/memasangkan secara tetap susunan genetis khusus hibrida sehingga bisa benar-benar membiak di lahan petani. Sistem pembiakan yang sedang diupayakan saat ini ialah apomixis, reproduksi aseksual melalui benih.
Pada tanaman seksual, embrio benih berasal dari fusi sel sperma dari tepung sari dengan sel telur dari ovula. Masing-masing sel yang berfusi itu memiliki kandungan genetis yang hanya separuh dibanding sel-sel biasa. Proses pemaruhan kandungan genetik tersebut dikenal sebagai proses meiosis. Pada tanaman apomict, proses meiosis pada saat pembentukan embrio dicegah sehingga menghasilkan turunan yang secara genetis identik dengan induk betinanya. Sedangkan induk jantan yang tidak berperan pada penyusunan embrio berperan pada pembentukan endosperma yang berupa jaringan mengandung pati.
Di antara 250.000 spesies tanaman berbunga di dunia, ada 400 spesies yang diketahui merupakan tanaman apomictic. Di antaranya ada yang masih kerabat gandum, jagung dan millet mutiara, tetapi tidak ada yang kerabat tanaman padi. Ini memang kurang mendukung, namun itulah yang diupayakan oleh proyek penelitian IRRI sejak tahun 1997, yakni pendekatan apomixis bagi padi hibrida.
Sumber: www.sinartani.com
0 komentar:
BERIKAN KOMENTAR ANDA